Penyakit Mulut Dan Kuku Pada Sapi Terus Menyebar Di Indonesia

dewitani.com – Menjelang perayaan Idul Adha, sejumlah ternak di Indonesia terjangkit penyakit mulut dan kuku pada sapi (PMK). Hal ini membuat para petani di sejumlah daerah di Indonesia khawatir. bawasanya penyakit ini baru merebak akhir-akhir ini, dan tentu ini akan berdampak besar bagi peternak indonesia.

Penyakit mulut dan kuku adalah penyakit zoonosis menular yang menyerang hewan berkuku, hewan ternak, dan hewan liar seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, rusa, unta, dan gajah. Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat siknifikan bagi peternak. Di dunia, Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) disebut Foot-and-mouth Disease (FMD) yang disingkat PMK. PMK, atau PMK, disebabkan oleh virus yang disebut virus penyakit mulut dan kuku (FMDV) atau virus penyakit kaki dan mulut (FMDV). Virus ini termasuk dalam famili Picornaviridae dan genus Aphtovirus (MacLachlan & Dubovi 2017).

Penyakit Mulut Dan Kuku Pada Sapi

Penyakit mulut dan kuku (PMK) saat ini mewabah di Indonesia. Penyakit ini tidak menyerang manusia, tetapi menyerang ribuan hewan ternak di beberapa wilayah Indonesia. Wabah PMK ini bukanlah hal baru dan sering muncul di berbagai negara. Tak sedikit negara yang menganggap wabah ini sebagai hal biasa. Berikut fakta-fakta merebaknya penyakit mulut dan kuku yang saat ini mewabah di Indonesia. Wabah PMK terjadi di Indonesia dua abad yang lalu, tepatnya pada tahun 1887.

Saat itu menurut berita wabah PMK dikatakan muncul melalui sapi yang didatangkan dari luar negeri(Belanda). Setelah memasuki tahun 1887, Indonesia beberapa kali menghadapi wabah ini. Wabah penyakit mulut dan kuku terakhir yang dihadapi Indonesia terjadi pada tahun 1983, yang berhasil diberantas melalui program vaksinasi. Pada tahun 1986 Indonesia dinyatakan sebagai negara bebas PMK. Selanjutnya, status ini diakui oleh ASEAN pada tahun 1987, dan secara internasional oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) pada tahun 1990.

Isu ini kembali mengemuka setelah Indonesia dinyatakan bebas PMK lebih dari tiga dekade lalu. Kasus pertama ditemukan di Gresik, Jawa Timur, pada 28 April 2022, dan jumlah kasus rata-rata meningkat dua kali lipat setiap harinya. Menurut laporan terbaru Kementerian Pertanian, jumlah kasus penyakit mulut dan kuku ternak di Jawa Timur mencapai 3.205 ekor dengan angka kematian 1,5%. Sedangkan di daerah Aceh terdapat 2.226 kasus penyakit biokimia dengansedikit lematian .

Baca Juga : Ciri Sapi Bunting Dan Proses Pemeliharaannya

Penyakit mulut dan kuku Ppada sapi (PMK) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari genus Aphtovirus, khususnya Aphtaee epizootecae (virus tipe A) dari famili Picornaviridae, dan merupakan penyakit akut dan sangat menular pada hewan berjari genap/sumbing. Penyakit ini dapat menyerang hewan ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba, dan rusa), babi, unta dan beberapa hewan liar.

Gejala klinis PMK antara lain demam tinggi yang bisa mencapai 41°C dan menggigil, kurang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat produksi susu pada sapi, penurunan berat badan, kehilangan kontrol suhu tubuh, miokarditis dan aborsi pada hewan Kecil, bengkak kelenjar getah bening bagian bawah, air liur berlebihan (excessive salivation), lecet dan luka di sekitar mulut, hidung, lidah, gusi, kulit sekitar kuku, puting ambing.

Penyakit ini disebabkan oleh virus penyakit mulut dan kuku (FMDV) yang termasuk dalam  keluarga Picornaviridae dan genus Aphtovirus. Dirangkum dari media R&D USDA, hewan PMK menunjukkan gejala klinis berupa lepuh atau luka di mulut dan seluruh kaki.

Wakil Menteri Perdagangan Republik Indonesia (2011-2014) sekaligus Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Indonesia, Payu Krisnamurthy mengungkapkan, penyakit tersebut merupakan ancaman yang sangat serius bagi perekonomian Indonesia, khususnya pada peternakan sapi dan ternak ruminansia lainnya.

Sebagai informasi, biosekuriti merupakan jenis program yang dirancang untuk melindungi ternak dari berbagai penyakit atau sebagai langkah awal dalam pengendalian wabah penyakit.Disinggung penanganannya, Bayo berharap pemerintah memiliki data yang jelas mengenai persebaran PMK dan korbannya. Menurutnya, data tersebut sangat penting untuk menentukan apakah situasi saat ini sudah memasuki fase KLB atau belum.

Penting untuk melibatkan masyarakat, terutama yang terkait dengan mereka, seperti Fakultas Peternakan, Fakultas Kedokteran Hewan, pelaku komersial, LSM dan tentunya pemerintah daerah secara sistematis dan dengan rencana pengelolaan yang jelas.Menurut berita ,penyebab penyakit mulut dan kuku pada sapi  adalah masuknya virus PMK ke dalam tubuh hewan melalui mulut atau hidung dan perbanyakan virus di sel epitel nasofaring.Virus PMK kemudian memasuki darah dan berkembang biak di kelenjar getah bening dan sel epitel mulut dan kaki (kaki secara acak) menyebabkan lesi.

 

Leave a Comment